Kupang – Pembangunan kereta api cepat di Pulau Timor sangat mungkin dilakukan secara teknis. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebenarnya sudah merencanakan ini dalam periode 2018 – 2023.
Tantangan besarnya justru adalah permasalahan kepemilikan lahan atau sosial dan anggaran pendukungnya. Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Pengurus Daerah Provinsi NTT, Herry Kotta, mengutarakan ini saat dihubungi Jumat 31 Maret 2023.
Akademisi Universitas Nusa Cendana (Undana) ini menanggapi keinginan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat untuk membangun kereta api cepat di Pulau Timor hingga ke Timor Leste.
Menurut Herry berbagai rekayasa teknis mampu mendukung adanya infrastruktur tersebut. Struktur tanah di Pulau Timor terbanyak berupa batuan lempung. Terdapat lempung dengan jenis yang bisa mengembang saat bertemu air atau menyusut setelah air berkurang.
Baca juga: NTT Rancang Kereta Api Cepat Kupang – Dili, Timor Leste Siap Buka Jalur Penyeberangan Laut
“Itu saja yang berbahaya tapi itu bisa kita rekayasa teknik dan itu tidak terlalu sulit karena untuk lintasan kereta kan ada bantalannya,” tanggap dia.
Contoh efek dari bebatuan ini dapat dilihat dari konstruksi jalur Ikan Foti yang bisa selalu rusak saat hujan.
Sedangkan bantalan untuk lintasan kereta api harus dibangun di daerah yang tepat sehingga tidak mengalami longsoran.
Ia memisalkan berbagai siasat atau rekayasa yang bisa dilakukan. Salah satunya untuk jalur selatan Pulau Timor dapat dibangun dengan membuat terowongan di perbukitan itu.
Menurutnya, jalur selatan bisa dibuka jalur ekonomis selain jalur wisata. Hal ini bisa melalui rekayasa teknik seperti yang dilakukan pada pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) di Jakarta yang melewati daerah padat penduduk dan bangunan.
“Sekarang banyak pengetahuan yang bisa digunakan untuk merekayasanya untuk bisa dilewati kereta api dan juga aman,” kata dia.
Namun pemerintah harus memeriksa lahan atau tanah untuk pembangunan jalur kereta api ini agar tidak bermasalah hukum.
Ia mengatakan, investasi ataupun pembangunan di NTT harus dengan strategi mumpuni dari pemerintah agar tidak terus berhadapan dengan masalah sosial. Hal ini sebagai indikator kepastian dan kenyamanan bagi investor untuk terlibat dalam bisnis ini.
Kekuatan anggaran juga dapat menentukan seberapa lama pembangunan maupun seberapa besar kualitasnya. SDM terbaik juga bisa ditambahkan dengan dukungan ini.
Baca juga: Indonesia Bebaskan Visa Kunjungan untuk Warga Timor Leste, Berlaku 30 Hari
“Sementara untuk teknis kita kenali karakteristik dari berbatuan Pulau Timor sehingga mengatasinya juga dengan cara yang sesuai. Tidak sulit untuk masalah teknis,” lanjutnya.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi NTT, Isyak Nuka mengatakan tentang rencana membangun kereta api listrik sudah lama diwacanakan.
Rencana hadirnya kereta api di NTT sebenarnya sudah ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTT 2018 – 2023.
Isyak yang dihubungi sebelumnya secara terpisah mengungkapkan adanya kereta api ini untuk menjawab kebutuhan penyeberangan dan distribusi dengan berbagai keunggulan.
Untuk transportasi logistik cocoknya menggunakan transportasi kereta api, kata Isyak, karena selain cepat dari segi waktu, juga memuat lebih banyak barang. Sehingga akan lebih murah biayanya dengan menggunakan kereta api.
Selain itu adanya kereta api akan melindungi jalan raya dari kerusakan akibat kelebihan muatan dari truk-truk besar yang biasanya melintasi Jalan Raya Trans Timor.
Tidak hanya di Pulau Timor, menurut dia dengan keuntungan seperti ini maka kereta api juga sangat mungkin diperlukan di Pulau Sumba dan Flores.
Baca juga: Gubernur NTT dan Presiden Timor Leste Bahas Zona Free Trade di Perbatasan
“Menurut hemat saya, saat ini perlu dibangun jalur kereta api di 3 pulau besar NTT yaitu di Timor untuk jalur Kupang – Mota’ain. Di Flores untuk jalur Larantuka – Labuan Bajo dan di Sumba untuk jalur Melolo – Waikelo,” jelas Isyak.
Namun tentunya perlu pengkajian yang lebih komprehensif dan mendetail. Hal ini dikarenakan moda transportasi di NTT selama ini selalu mengandalkan jalur darat konvensional. Misalnya angkutan umum antarkota dalam provinsi atau AKDP, angkutan kota, maupun angkutan pedesaan.
“Jika ingin menambah moda transportasi lainnya dalam hal ini kereta api, maka perlu pengkajian. Sejauh ini belum ada pengkajian atau studi terkait kemungkinan hadirnya kereta api di NTT. Namun ini sudah lama diwacanakan,” tanggap dia.
Sebelumnya Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, memaparkan visinya membangun kereta cepat internasional Kupang (Indonesia) – Dili (Republik Demokratik Timor Leste) ataupun Kupang – Oecusse.
Viktor mengemukakan pandangannya ini di Terminal Bimoku saat peluncuran perdana rute Kupang – Dili, Kamis 30 Maret 2023. Peluncuran ini dihadiri oleh Direktur Jenderal Transportasi dan Komunikasi RDTL Constantino Soares dan Dirjen Perhubungan Darat RI Hendro Sugiatno. (Putra Bali Mula)