Maumere – Setiap orang berhak untuk sukses sepanjang mau berusaha sungguh-sungguh. Kalimat ini diamini Kristiaan Emanuel , pengusaha aksesoris dan kuliner di Kelurahan Kabor, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pria berusia 41 tahun ini awalnya sebagai peternak ayam pedaging pada tahun 2008. Namun dua tahun berlalu usahanya mengalami penurunan. Dia berhadapan dengan investor luar yang hadir dengan riset dan konsep modern dalam menjalankan bisnis ayam pedaging.
“Di tahun 2010, usaha saya mengalami penurunan karena muncul investor luar dengan riset dan konsep,” kata Kristiaan saat ditemui KatongNTT.com di tempat kerjanya pada, Minggu (4/12/2022).
Dia berusaha bertahan menjalankan usaha ternak ayam pedaging sambil membuka kios. Namun usaha ayam pedaging miliknya mandek.

Istrinya, guru di satu sekolah menengah kejuruan di Maumere. Sambil menjalankan profesinya itu, dia membeli sarung-sarung hasil tenunan orang tua siswa untuk membayar biaya pendidikan. Istrinya membelinya karena dasar cinta kepada siswa-siswanya.
Baca juga: Lima Masalah Utama Dihadapi UMKM NTT
Kristiaan kemudian melihat peluang usaha dari kain tenun orang tua siswa dengan berbagai motif menarik. Dia dan istrinya memutuskan untuk mendesain kain tenun tersebut untuk menjadi berbagai macam aksesoris. Mereka memasarkannya secara online melalui media sosial Facebook.
“Usaha tenun itu secara tidak sengaja. Kebetulan isteri saya sebagai guru. Anak-anak kesulitan uang sekolah. Orang tua jual sarung dengan berbagai motif. Ada motif Sikka Lela, Palu’E dan Maumere Timur. Sarung-sarung tersebut kami pasarkan dengan strategi pemasaran lewat Facebook,” ujar Kristiaan.
Usaha Kristiaan dan istrinya tidak sia-sia. Usaha aksesoris khas NTT diminati banyak pembeli dari Maumere bahkan dari Sumatera, Jawa, Papua, dan Kalimantan.
Jumlah permintaan pasar dari berbagai daerah ini semakin hari semakin bertambah dan jenis aksesoris yang diorder pun semakin beragam. Melihat permintaan pasar semakin bertambah , Kristiaan bergabung dalam kelompok UMKM tenun Kabor Indah untuk mendapat pelatihan keterampilan. Isteri Kristiaan juga belajar desain aksesoris di Yogyakarta. Selama setahun dia belajar desain. Namun istrinya juga memanfaatkan waktu untuk belajar kuliner di kota Gudek itu.
Abon Tuna Masuk Dekranasda NTT, Aksesoris Menunggu
Sekembalinya dari Yogyakarta, kedua pasangan suami istri ini membuka usaha baru di bidang kuliner di samping tetap menjalankan usaha mendesain berbagai aksesoris dari kain tenun dan produk fashion. Untuk usaha kulinernya, mereka memberi merk dagang “D,MAG Coffee Kitchen Bakery”.
Produk kuliner Kristiaan berupa abon tuna juga diminati para pembeli. Abon Tuna dipasarkan antara lain melalui Dekranasda NTT di Kota Kupang.

Hanya saja untuk aksesoris tenun NTT, belum masuk Dekranasda NTT. Sementara peluang pasarnya bagus.
“Kami berharap nanti bisa masuk ke sana (Dekranasda NTT). Semoga tahun depan bisa ya. Kami senang kalau bisa bekerja sama dengan Dekranasda NTT. Apalagi kami dari daerah bisa masuk galeri di provinsi,” kata Kristiaan.
Baca juga: Kadis Parekraf: UMKM Jadi Daya Tarik Wisatawan Kunjungi NTT
Adapun omzet penjualan aksesoris NTT per bulan, menurut Kristiaan berkisar Rp 5 juta. Untuk produk kuliner, omzetnya mencapai Rp 30 juta per bulan.
Tak berhenti di usaha aksesoris dan kuliner, Kristiaan dan istrinya membuka usaha pendukung. Yaitu jasa laundry, ticketing, dan pengiriman produk.
Kristiaan menuturkan, Pemerintah Daerah NTT mendukung UMKM miliknya.
“Kami mengapresiasi peran pemerintah yang sudah mendukung UMKM meskipun kami sudah mandiri,” tutur Kristiaan.
Hanya saja, dia mengeluhkan tentang kehadiran Alfamart di Kabupaten Sikka karena menurunkan omzet para pelaku UMKM.
“Ada sedikit kendala yang kami hadapi yaitu kehadiran Alfamart yang berdampak pada penurunan omzet,” ujarnya. (Winsensius)