
Australia Bantu NTT Alat Canggih Mampu Mendeteksi 82 Virus Pada Ternak
Kupang – Pemerintah Australia melalui program PRISMA dan AIHSP menghibahkan Provinsi NTT alat canggih yang bisa mendeteksi 82 jenis virus pada ternak. Alat tersebut adalah Lool Mediated Isothermal Amplification (LAMP) sebanyak tiga unit yang akan ditempatkan di Pulau Timor, Pulau Sumba dan Flores.
Penyerahan ini dilakukan di Kantor Gubernur NTT dan diterima oleh Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi pada Selasa 7 Februari 2022.
Nina FitzSimons selaku Chief Executive Officer (CEO) PRISMA menyebut dua minggu ke depan akan didatangkan pelatih dari Australia yang difasilitasi pihaknya. Pegawai NTT akan dilatih untuk menggunakan alat tersebut.
“Akan dilatih petugas pengumpul sampel dan pemakaian alat ini. Alat ini sangat mudah sebenarnya,” jelas dia.
Baca juga: Peternak Merugi, Harga Jual Babi Turun 50 Persen Akibat Virus ASF
Secara teknis penggunaannya, sampel yang diambil kemudian dicampur bahan khusus, dikondisikan dalam suhu tertentu, lalu dianalisa sekitar 45 menit. Satu reagen saja, kata dia, cukup digunakan untuk memeriksa sampel 10 ekor babi.
“Setelah itu baru bisa kita dapatkan hasilnya dan 100 persen akurat,” tukasnya.
Pemerintah Australia juga akan memberikan strip reagen selama beberapa tahun mendatang dan setelahnya diharapkan pemerintah NTT dapat melakukan pengadaan sendiri.
Ia berharap alat tersebut dijaga keberlanjutannya sehingga NTT akan dilatih cara memakai dan merawat alat ini.
“Perusahaan dari Australia juga akan melatih petugas pemerintah untuk maintenance karena untuk apa ada hibah alat kalau tidak dirawat. Jadi semua pengetahuan harus dimiliki sumberdaya NTT,” tegas Nina.
Ia menyebut alat ini hanya dihibahkan khusus untuk NTT saja dan dapat mendeteksi 82 jenis virus semua ternak termasuk rabies.
“Alat ini bisa membantu pemerintah untuk bereaksi dan mencegah penyakit,” lanjut Nina.
Menurutnya, ASF yang sebelumnya menular dengan cepat diharapkan ke depannya dapat lebih cepat dicegah dengan alat ini.
PRISMA sendiri bekerja sama dengan pemerintah Australia dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dari peternak NTT.
“Karena kita lihat ASF menghancurkan pasar dari babi hingga dengan lebih dari 50 persen babi meninggal oleh karena ASF,” imbuhnya.
Baca juga: Begini Cara Menghitung Kerugian Akibat Virus AFS Tewaskan Ratusan Babi di NTT
Untuk itu pemerintahnya secara strategis mencari solusi pencegahan bagi Pemerintah NTT yaitu dengan memberikan alat deteksi cepat.
Selama ini NTT yang adalah daerah maritim secara geografis sangatlah terbatas dalam mengakses laboratorium.
“Oleh karena itu kita tempatkan tiga alat di pulau-pulau besar di NTT ini karena alat ini juga bisa dibawa seperti lab mobile. Ini menjadi sangat inovatif,” jelas dia.
PRISMA sendiri telah bekerja sama selama 9 tahun di NTT dan tahun ini merupakan yang terakhir. Ia menyebut ada 900 ribu peternakan babi skala kecil di NTT dan pihaknya melihat ini sebagai bagian dari budaya NTT.
Pihaknya juga bergerak di beberapa bidang pada peternakan seperti pakan, perbaikan kualitas pembibita,n dan manajemen kesehatan hewan.
Ia menyayangkan bila ASF terjadi di NTT sehingga perlu pencegahan penyebaran virus ini dengan efisien dan hemat biaya.
PRISMA dan Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) sendiri berharap adanya alokasi dari pemerintah NTT terkait peningkatan kapasitas SDM terutama laboratorium. Begitu juga tenaga lapangan, pengadaan reagen dan test kit, lalu terus melakukan sosialisasi ke depannya.
John Leigh selaku Program Director Australia-Indonesia Health Security Partnership (AIHSP) juga mendukung hal ini. Menurutnya, ASF yang terjadi signifikan di NTT tahun sebelumnya menjadi tantangan ekonomi yang sangat berpengaruh. Sehingga AIHSP mendukung PRISMA.
Baca juga: Pulau Flores dan Lembata Belum Bebas Rabies Sejak 1997, Ini Penyebabnya
Ia menyebut adanya prioritas program AISHP yang akan dilakukan adalah di Sumba Barat Daya, Belu, Manggarai Barat dan Alor. Dan perlu deteksi yang sangat akurat sejak dini maka untuk itu pihaknya bekerjasama sama dan saling mendukung.
Lulu Wardhani Rural mewakili Development Unit Manager DFAT mendukung PRISMA dalam pencegahan penyakit pada ternak di NTT.
“Tiga alat diharapkan bermanfaat untuk penindakan yang cepat karena telah memiliki alat deteksi ini,” ungkapnya.
Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi, menyebut NTT memiliki populasi babi terbesar di Indonesia. Pada tahun 2020, penularan cepat virus ASF di NTT mengakibatkan kematian lebih dari 500 ribu ekor babi. Kerugian ekonomi yang sangat besar bagi peternak dan rumah tangganya.
Alat senilai Rp 1,4 miliar ini diharapkannya dapat mendukung Pemerintah NTT dalam upaya pemulihan sektor babi di Provinsi NTT mengingat diagnosis dapat dilakukan lebih cepat.
“Sehingga ke depan tindakan pengendalian dapat segera dilakukan,” sebut Josef. (Putra Bali Mula)