Pariwisata di NTT terutama destinasi seperti Labuan Bajo dan Pulau Komodo, telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, di balik kemajuan tersebut, terdapat beberapa masalah yang harus segera diatasi untuk menjaga keberlanjutan pariwisata di wilayah ini. Berikut persoalan yang perlu segera diatasi agar Pariwisata NTT dapat maju pesat:
- Infrastruktur yang tidak memadai
Salah satu kendala utama yang dialami wisatawan di NTT adalah infrastruktur yang belum sepenuhnya siap. Jalan-jalan menuju tempat-tempat wisata sering kali dalam kondisi buruk, terutama di daerah terpencil seperti pulau-pulau kecil di sekitar Flores. Hal ini menyebabkan aksesibilitas yang rendah, serta dapat mengurangi kenyamanan wisatawan.
Baca juga: Ironi di Labuan Bajo: Investor Luar Menikmati, Masyarakat NTT Nyaris Tak Punya Peran
Pemerintah daerah harus memberikan perhatian lebih dalam memperbaiki akses jalan dan menyediakan transportasi umum yang aman dan terjangkau, guna mendukung pertumbuhan pariwisata secara lebih baik.
- Pengelolaan Sampah yang Buruk.
Banyak destinasi wisata di NTT belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang efektif. Di beberapa pantai, wisatawan dapat dengan mudah menemukan sampah plastik yang mencemari lingkungan. Ini tidak hanya merusak pemandangan, tetapi juga berisiko terhadap kehidupan laut.
Sebagai daerah yang mengandalkan keindahan alam sebagai daya tarik utama, NTT perlu meningkatkan upaya dalam mengelola sampah, baik melalui edukasi wisatawan dan masyarakat lokal, serta dengan menyediakan fasilitas pengelolaan limbah yang memadai di setiap destinasi wisata.
- Kurangnya Pelibatan Masyarakat Lokal
Meskipun pariwisata berkembang pesat, manfaat ekonomi belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat lokal. Banyak masyarakat setempat yang belum mendapatkan pelatihan atau dukungan untuk terlibat langsung dalam industri pariwisata. Misalnya, pelaku usaha kecil seperti pemandu wisata lokal dan pengrajin tradisional sering kali kalah bersaing dengan pemain besar dari luar daerah.
Pemerintah dan pemangku kepentingan industri pariwisata perlu meningkatkan program pelatihan bagi masyarakat lokal, sehingga mereka dapat ikut serta dan mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari pariwisata.
Baca juga: Warga Dusun di Labuan Bajo Hidup Tanpa Listrik dan Beli Air Bersih
- Pengelolaan Wisata yang Kurang Berkelanjutan.
Wisatawan yang berkunjung ke Pulau Komodo dan pulau-pulau sekitar sering kali tidak diatur dengan baik, mengakibatkan kepadatan yang berlebihan. Hal ini berpotensi merusak ekosistem unik di kawasan tersebut. Sebagai contoh, wisata diving dan snorkeling yang tidak diatur dengan baik dapat mengganggu terumbu karang dan biota laut.
Untuk menjaga keberlanjutan ekosistem, perlu ada pembatasan jumlah pengunjung harian di tempat-tempat sensitif ini, serta aturan yang lebih ketat terkait interaksi dengan alam.
- Harga Tiket Masuk yang Tidak Seimbang
Di beberapa destinasi wisata utama, harga tiket masuk sering kali lebih mahal untuk wisatawan domestik dibandingkan dengan daya beli masyarakat setempat. Ini menciptakan kesan bahwa pariwisata lebih diarahkan untuk wisatawan asing daripada untuk wisatawan lokal.
Pemerintah daerah sebaiknya menyesuaikan harga tiket dengan mempertimbangkan daya beli masyarakat lokal, sehingga destinasi wisata juga bisa diakses oleh masyarakat NTT sendiri.
Selain itu, pemanfaatan teknologi digital dalam pengelolaan dan promosi wisata di NTT masih minim. Padahal, teknologi ini dapat memainkan peran penting dalam memajukan sektor pariwisata, meningkatkan transparansi, efisiensi, dan daya tarik terhadap wisatawan.
Baca juga: 5 Nelayan Manggarai Curi Anak Komodo, Ada Jaringan Penjual di Bali
Berikut adalah beberapa poin penting terkait isu pemanfaatan teknologi digital dalam pengelolaan dan promosi wisata NTT:
- Kurangnya Digitalisasi Sistem Pemesanan Tiket.
Di banyak destinasi wisata di NTT, sistem pemesanan tiket atau pengaturan tur masih dilakukan secara manual. Sehingga rawan terjadi penumpukan pengunjung dan kesulitan dalam manajemen kunjungan. Padahal, penggunaan aplikasi atau platform digital untuk pemesanan tiket online dan pengaturan jadwal wisatawan dapat membantu mengatur jumlah kunjungan agar lebih terkontrol.
Selain itu, ini juga akan memudahkan wisatawan merencanakan perjalanan mereka dengan lebih efisien.
- Minimnya Platform Digital untuk Mempromosikan Wisata Lokal yang Kurang Dikenal.
NTT memiliki banyak destinasi wisata yang masih jarang dikunjungi dan belum terkenal di kalangan wisatawan, baik domestik maupun internasional. Sayangnya, belum ada upaya serius untuk memanfaatkan media sosial dan platform digital lainnya secara strategis untuk mempromosikan destinasi-destinasi ini.
Pemanfaatan teknologi digital untuk membuat konten promosi yang menarik seperti video virtual tour, fotografi udara, atau cerita tentang budaya lokal, bisa membantu meningkatkan eksposur destinasi yang kurang dikenal ini.
- Kurangnya Data Terintegrasi Mengenai Kunjungan Wisatawan.
Pemerintah daerah belum sepenuhnya mengoptimalkan teknologi untuk mengumpulkan dan menganalisis data kunjungan wisatawan secara real-time. Data kunjungan yang terintegrasi bisa memberikan wawasan berharga mengenai tren pariwisata, preferensi wisatawan, serta dampak ekonomi dari pariwisata terhadap masyarakat setempat.
Dengan data ini, pemerintah dan pelaku industri pariwisata dapat membuat keputusan yang lebih baik mengenai pengelolaan dan promosi wisata.
Baca juga: Dua Sisi Komodo, Dragon For Sale vs The Glorious Komodo Island
- Peluang Pengembangan Aplikasi Lokal yang Berfokus pada Pariwisata NTT.
Aplikasi yang mendukung pariwisata di NTT masih sangat terbatas, baik yang dibuat oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta. Padahal, potensi untuk mengembangkan aplikasi lokal yang berfokus pada pemandu wisata, informasi tempat-tempat wisata, dan penginapan sangat besar.
Aplikasi ini juga bisa menyediakan fitur panduan perjalanan berbasis GPS, sejarah lokal, dan bahkan layanan terjemahan untuk membantu wisatawan asing.
- Kesempatan untuk Membangun Jaringan Digital bagi Pengusaha Lokal.
Banyak usaha kecil di bidang pariwisata, seperti homestay, restoran, dan kerajinan tangan di NTT, belum memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas pasar mereka. Pemerintah daerah dan stakeholder terkait bisa membantu dengan menyediakan pelatihan dan platform digital yang memungkinkan pengusaha lokal untuk terhubung langsung dengan wisatawan, meningkatkan daya jual produk dan layanan mereka. Misalnya, sebuah platform online yang menghubungkan wisatawan dengan pemandu wisata lokal, pengrajin, dan layanan wisata dapat mendukung ekonomi lokal dengan lebih baik.
Dengan mengadopsi teknologi digital secara efektif, NTT dapat menawarkan pengalaman wisata yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan, serta memperkuat daya tarik bagi wisatawan dari seluruh dunia.
Selain itu, dengan memperbaiki infrastruktur, meningkatkan pengelolaan sampah, serta melibatkan masyarakat dalam kegiatan ekonomi pariwisata, NTT bisa menjadi destinasi wisata unggulan yang tidak hanya indah, tetapi juga ramah lingkungan dan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat lokal. [*]