Kupang – Pemerintah Provinsi NTT menyebut pemanfaatan lahan Food Estate Belu sudah hampir mencapai 100 persen. Hal tersebut disampaikan Nixon Balukh selaku Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT. Ia menyampaikan ini Selasa 16 Mei 2023.
Food Estate Belu menurutnya sudah berjalan dengan baik melalui berbagai tahapan mulai dari pengembangan areal, optimalisasi lahan, pengembangan hubungan kelembagaan, lalu sampai dengan pemasaran.
Baca juga : Food Estate Sumba Tengah Diklaim Berhasil, DPR Usul Pansus Selidiki Data Palsu
Potensi luas lahan Food Estate Belu seluas 559 hektare namun pada penanaman pertama periode Agustus – September 2021 baru dimulai 46,6 hektare.
“Itu untuk sorgum, jagung dengan padi,” jawab dia usai sosialisasi Sensus Pertanian 2023 di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT.
Pada periode tanam kedua yaitu Desember 2021 sampai dengan Maret 2022 lebih pada komoditi yaitu padi dan jagung.
Baca juga : Tidak Ada Beras Ilegal ke Timor Leste, Stok Lebaran Dalam Perjalanan
“Itu sudah meningkat dari semula 46,6 hektare menjadi 527 hektare, hampir mendekati 100 persen optimalisasi potensinya,” kata Nixon.
Menurutnya pengelolaan Food Estate Belu pada awalnya masih belum optimal menggunakan sistem irigasi dari Bendungan Rotiklot.
“Bukan kekeringan yang terjadi tetapi optimalisasi pemanfaatan air dari Bendungan Rotiklot dengan sistem sprinkler itu perlu penataan lebih lanjut,” kata dia.
Baca juga : Stok Beras Bulog Kosong Dua Pekan, Pembeli Beralih ke Premium
Namun kondisi ini sudah mulai menunjukkan adaptasi yang baik yang mana bisa dilihat dari pengembangan potensi lahan dari 2021 hingga dengan 2022 ini.
“Distribusi air melalui sprinkler yang disiapkan itu dalam fasilitas besar sementara membutuhkan operasional yang besar. Di samping itu petani belum terbiasa dengan kondisi itu,” jawabnya lagi. *****