Kupang –Jagung lokal Nusa Tenggara Timur (NTT) menyimpan kekayaan hayati luar biasa dengan berbagai varietas unik. Namun, potensi ini masih terpinggirkan oleh dominasi jagung hibrida yang lebih populer di pasar. Hingga kini, pemerintah daerah belum memiliki data resmi yang memisahkan antara jagung lokal dan jagung hibrida.
Badan Pusat Statistik (BPS) NTT, misalnya, hanya merilis angka total produksi jagung provinsi tahun 2024 sebanyak 293.052,30 ton, tanpa rincian varietas. Dinas Pertanian NTT pun mengakui belum pernah meneliti varietas lokal, terutama tentang kemungkinan NTT sebagai provinsi terkaya varietas jagung lokalnya.
“Belum pernah dilakukan penelitian,” kata Sarlien Polin, Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian NTT.
Baca juga: #PerempuanRawatBumi – Salome, Warisan Leluhur dari Pulau Timor Jadi Solusi Ketahanan Pangan
Meski abai dari perhatian pemerintah, masyarakat tidak tinggal diam. Petani Desa Kairane, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, bersama Yayasan SHEEP Indonesia memetakan sembilan varietas jagung lokal melalui metode Participatory Rural Appraisal sejak 2021. Hingga kini, semua varietas itu masih bertahan.
“Jagung ini bukan sekadar pangan, tapi identitas dan kekuatan desa untuk berdaulat atas pangan,” ujar Rossi Yunior Nugroho, Manager Area SHEEP Indonesia Kupang.
Tanpa menunggu pemerintah, masyarakat petani di Desa Kairane, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang dengan didampingi Yayasan SHEEP Indonesia berinisiatif mengumpulkan data tentang varietas jagung lokal di desa mereka.
Rossi menjelaskan, berawal dari tahapan implementasi Program Kemandirian Sistem Pangan Lokal Berkelanjutan yakni pemetaan masalah dan potensi dengan pendekatan Participatory Rural Appraisal. Yayasan hanya memfasilitasi sedangkan masyarakat sebagai narasumber dalam program tersebut.
Baca juga: #PerempuanRawatBumi: Menjaga Pangan Lokal di Kaki Gunung Lewotobi
Nah, kemudian ditemukan fakta bahwa di Desa Kairane terdapat 9 varietas jagung lokal pada tahun 2021. Hingga saat ini, kesembilan varietas jagung lokal itu masih ada.
“Mulai saat itu kami selalu mendorong masyarakat dan kelompok dampingan memberikan pemahaman bahwa 9 varietas jagung ini adalah potensi luar biasa. Terutama bagi Desa Kairane untuk berdaulat atas pangannya dan mendorong upaya perlindungan untuk 9 varietas jagung ini,” kata Rossi kepada KatongNTT.
Odi Nesti Benu, perempuan petani warga Desa Kairane menjelaskan keunggulan dari jagung lokal dibanding hibrida di antaranya adalah daya tahan jagung lokal yang lebih baik dibandingkan jagung hibrida. Jagung lokal mampu beradaptasi dengan cuaca ekstrim sekalipun.
Masyarakat Desa Kairane mewarisi tradisi turun temurun dalam merawat jagung lokal supaya bertahan lama misalnya jagung yang sudah dipanen ditaruh di atas para-para (loteng, sebutan bagi etnis Dawan). Di bawahnya ada tungku api. Sehingga asap dari tungku akan menghangatkan jagung . Sementara jagung hibrida, cepat rusak dan berulat.
Keunggulan lain jagung lokal adalah tidak membutuhkan pupuk pabrikan. Menurut Mama Odi, untuk merawat jagung lokal agar tetap sehat, petani di Timor hanya membersihkan gulma dari sekitar pohon jagung.
Baca juga: #PerempuanRawatBumi: Belajar Pangan Lokal dari Sekolah di Soe
Mama Odi kemudian menuliskan 9 varietas jagung lokal itu secara rinci:
- Jagung kecil (Pen Rii Ana), jenis jagung ini biasanya dikonsumsi oleh anak-anak yang berusia 0 bulan sampai 12 tahun. Usia jagung ini mulai dari tanam hingga panen berkisar 1-2 bulan.
- Jagung besar (Pen Rii naik), jenis jagung ini di konsumsi oleh anak- anak yang berusia 12 tahun ke atas. Usia jagung ini berkisar 3 bulan.
- Jagung kuning besar (Pen Moro Naek), jenis jagung ini bisa dikonsumsi oleh semua berbagai usia, usia jagung ini 3 bulan.
- Jagung kuning kecil (Pen Moro Ana), jenis jagung ini juga bisa dikonsumsi oleh semua kalangan usia, usia jagung ini 3 bulan.
- Jagung pulut besar (Pen Puru Naek), jenis jagung ini dikonsumsi oleh semua kalangan usia, usianya juga 3 bulan.
- Jagung pulut kecil (Pen Puru Ana), jenis jagung ini dikonsumsi oleh semua kalangan usia, usianya berkisar 3 bulan.
- Jagung putih (Pen Muti), jenis jagung ini dikonsumsi oleh semua kalangan usia, dan bertahan hidup hingga 3 bulan.
- Jagung hitam (Pen Metan), jenis jagung ini dikonsumsi oleh semua kalangan usia, usia dari tanam sampai panen berkisar 3 bulan.
- Jagung bunga (Pen Bof), jenis jagung ini berwarna putih dan kuning, jagung ini cocok digoreng. Jika direbus, jagung jadi keras dan sulit dimakan. Usianya 3 bulan. *****