Pengantar: Pemimpin umat Katolik sedunia (Holy See), Paus Fransiskus akan berkunjung ke Indonesia pada tangga 3-6 September 2024. Ini merupakan kunjungan kenegaraan Paus Fransiskus yang pertama ke Indonesia. Dalam kunjungan Paus Fransiskus ke kawasan Asia Pasifik, Indonesia menjadi negara pertama dikunjungi untuk kemudian Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura.
Paus yang dikenal dekat dengan orang-orang yang disingkirkan atau tidak dianggap keberadaannya akan mengadakan sejumlah pertemuan kenegaraan dan memimpin misa dengan ribuan umat Katolik di Jakarta. Menurut data Kementerian Agama, jumlah umat Katolik hingga akhir 2022 sebanyak 8,5 juta
jiwa atau sekitar 3,06 persen dari total populasi warga Indonesia yakni 277,75 juta jiwa.
Sebagai Kepala Negara Vatikan dan pemimpin tertinggi umat Katolik seluruh dunia, paus melakukan lawatan ke berbagai negara. Demikian juga halnya Paus Fransiskus yang telah melawat ke banyak negara. Vatikan merencanakan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia beberapa tahun lalu, namun tidak jadi dilaksanakan karena mulai awal 2020 dunia dilanda COVID-19.
Baca juga: Tentang Paus Fransiskus (7)
Setelah pandemi COVID-19 oleh WHO dinyatakan berakhir, lawatan yang tertunda dijadwalkan kembali. Dipastikan kasut yang telah ke mana-mana menemui umat akan menyentuh bumi Nusantara pada Selasa. 3 September 2024. Tiga hari kemudian Kamis, 6 September 2024 pemilik kasut melanjutkan perjalanan ke Timor Leste, Papua Nugini, dan Singapura sebagai bagian “tour ke Asia” 3 hingga 13 September 2024.
Tema lawatan paus ke Indonesia adalah Iman, Persaudaraan, dan Kasih. Tema yang mengingatkan pada “Iman, Pengharapan, dan Kasih”, tiga kata “sakti” yang merupakan kebajikan umat Kristiani. Sebagaimana lawatan-lawatan sebelumnya yang membawa misi persaudaraan, demikian juga kunjungan kali ini. Persaudaraan adalah tema yang selalu tak henti-hentinya dilontarkan Paus Fransiskus di Roma dan di setiap kunjungannya.
November 2017, Paus datang ke Myanmar dan Bangladesh, dua negeri dengan jumlah penduduk beragama Katolik sangat sangat sedikit. Bahkan Bangladesh adalah negara Muslim dan Myanmar adalah negara berpenduduk mayoritas beragama Budha. Justru dua negara ini yang Paus pilih.
Bangladesh, negara miskin yang harus menampung pengungsi etnis Rohingya yang lari dari kampung halamannya di Myanmar. Etnis Rohingya terusir dari negerinya dan berharap ditampung dengan baik oleh saudara seagama di Bangladesh. Apa daya, tak semua rakyat Bangladesh dapat menerima para pengungsi karena hidup mereka juga susah.
Baca juga: Tentang Paus Fransiskus (6)
Paus melawat ke Indonesia dan tiga negara lainnya bukan berarti karena di sana terjadi konflik, sehingga perlu diserukan perdamaian. Timor Leste dan Papua Nugini secara agama, homogen. Di negara makmur Singapura, relatif aman tak ada konflik antaragama dan antaretnis. Sama halnya Indonesia, republik dengan dasar negara Pancasila. Meski kurang lebih 89 persen penduduknya beragama Islam. Konstitusi menjamin kebebasan beragama walau dalam praktiknya masih ada kasus-kasus yang tidak sesuai konstitusi.
Melalui mesin pencari Google, kita dapat mengetahui bahwa per akhir tahun lalu, jumlah umat Katolik di Indonesia sekitar 8,6 juta orang atau 3 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Yang paling banyak berdiam di Provinsi NTT yaitu 2,9 juta orang. Jumlah umat Katolik di Indonesia yang hanya 8,6 juta sangat kecil dibandingkan 1,4 miliar penganut Katolik di seluruh dunia. Namun bukan besar kecilnya umat yang menjadi dasar pertimbangan Paus Fransiskus terbang jauh dari Roma.
Indonesia patut bersyukur karena sepanjang 79 tahun merdeka telah dikunjungi tiga paus berbeda. Ketiganya disambut tiga presiden berbeda. Bahkan Presiden Sukarno tiga kali ke Vatikan dan diterima 3 paus berbeda. Di sana Sukarno mendapat medali kehormatan dari Paus Pius XII, Paus Yohanes XXIII, dan Paus Paulus VI.
“Iman, Persaudaraan dan Kasih” menjadi sangat relevan pada saat bangsa-bangsa kehilangan semangat untuk mengatasi segala persoalan yang mengancam masa depan dunia. Negara terutama yang memiliki kekuasaan besar dari sisi ekonomi dan militer justru dirasakan negara-negara lain khususnya yang masih berjuang dari kemiskinan tidak bertindak adil dan lebih banyak mementingkan diri sendiri. Dalam kondisi seperti ini persaudaraan antarbangsa sulit terwujud.
Satu hal yang menjadi keprihatinan dan kepedulian Paus adalah masa depan bumi tempat miliaran manusia hidup darinya. Bukan hanya untuk manusia yang hidup hari ini melainkan untuk bayi-bayi yang akan dilahirkan. Paus sangat bersedih dengan kerusakan bumi yang diakibatkan manusia untuk memuaskan keinginan mereka khususnya yang memiliki kekuatan untuk memilikinya.
Di sisi lain kerusakan bumi juga diakibatkan eksploitasi berlebihan oleh sebagian besar penduduk demi mempertahankan hidup. Isi bumi pemberian Tuhan diperas habis-habisan karena tingginya permintaan dari mereka yang beruntung mempunyai kekuatan daya beli.
Baca jugaL Tentang Paus Fransiskus (5)
Ensiklik berjudul Laudato Si’ (Puji Bagi-MU) dengan subjudul “Dalam Kepedulian untuk Rumah Kita Bersama” yang ditulis Paus Fransiskus dan diterbitkan pada 2015 menegaskan sikap Vatikan mengenai isu-isu lingkungan hidup. Ensiklik ini mengingatkan umat manusia yang terlalu berlebihan mengonsumsi dan menegaskan bahaya ketika pembangunan lepas kendali.
Gereja Katolik di Indonesia menyambut baik seruan Paus Fransiskus. Misalnya dengan mengajak umat mengambil langkah yang paling kecil seperti mengurangi semaksimal mungkin penggunaan bahan-bahan yang terbuat dari plastik, mengurangi mengendarai kendaraan pribadi dan memilih menumpang kendaraan umum dan sebagainya. Ini langkah kecil yang dampaknya sangat besar demi masa depan.
Memang sulit ke luar dari zona nyaman setelah hidup kita selama ini dimanjakan berbagai kemudahan oleh penggunaan plastik dan bahan-bahan yang ada unsur plastiknya. Ketika ke mana saja termasuk untuk jarak paling dekat kita memilih memakai kendaraan bermotor. Artinya kita telah berperan untuk meningkatkan pemanasan global. Padahal Tuhan memberi kita sepasang kaki untuk melakukan aktivitas fisik dan pergerakan. Dengan berjalan kaki sesungguhnya banyak memberi manfaat untuk kesehatan tubuh.
Lima tahun setelah terbitnya Laudato Si’, Paus mengeluarkan ensiklik Fratelli Tutti bersubjudul “Tentang Persaudaraan dan Persahabatan Sosial”.
Baca juga: Tentang Paus Fransiskus (4)
Tema lawatan Paus Fransiskus ke Indonesia yakni “Iman,Persaudaraan, dan Kasih” dibaca sebagai satu kalimat. Persaudaraan sejati bersumber dari iman dalam hal ini tentu iman kepada Yesus Kristus yang wafat di kayu salib, pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati yang naik ke surga. Karena hakekatnya Tuhan adalah kasih, maka kita yang beriman padanya hendaknya mewujudkannya dalam persaudaraan. Hasil dari persaudaraan adalah kasih.
Pada misa pagi di Kapel Casa Santa Maria Vatikan, 19 April 2013 Paus mengatakan, bahwa jalan kasih, jalan Injil itu sederhana: itulah jalan yang telah dipahami oleh orang-orang Kudus. Mereka adalah orang-orang membawa Gereja berjalan maju! Jalan pertobatan, jalan kerendahan hati, jalan kasih dari hati. Jalan keindahan.
Kasih itu mencintai. Walau sebagaimana manusia kita bisa berdalih, bagaimana mungkin bisa mencintai sesuatu yang kita tidak suka. Apalagi mencintai musuh. Sesuatu yang kelihatannya tak mungkin dapat terjadi oleh jalan yang kita pilih yaitu jalan kasih karena iman kepada Kristus.
Mengenai hal ini Paus Benediktus XVI mengatakan, mencintai juga berarti siap menderita.Tetaplah berpegangan pada kasih dan cinta serta mengejar kebenaran dari Tuhan yang terkadang membuat kita menderita. Akan tetapi hal itu akan membuat dunia menjadi lebih indah dan tenang daripada tidak memegang cinta yang membuat dunia hancur. (Kompas, 25/4/2005)
Umat masih menunggu apa yang akan disampaikan Paus Fransiskus ketika bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana dan saat berdialog dengan pemuka berbagai agama di Mesjid Istiqlal. Atau waktu Paus Fransiskus mempersembahkan perayaan ekaristi kudus bersama kurang lebih 80 ribu umat di Stadion Utama GBK Senayan – Jakarta yang ditonton langsung jutaan orang melalui siaran TV dan live streaming. Apa seruan moral yang akan ia sampaikan, kita nantikan saja!