
Dulu Banyak Anak, Kini Keluarga di NTT Miliki 3 Anak
Kupang – Masyarakat NTT terus menunjukkan tren positif untuk memiliki anak .Satu keluarga di NTT juga paling banyak mempunyai 2 hingga 3 orang anak di tahun 2022. Jumlah ini terus berkurang dari tahun 1971 dimana satu keluarga di NTT dulunya memiliki 5-6 anak.
Menurut Long Form Sensus Penduduk 2020 atau LF SP2020, angka kematian bayi di NTT pun turun 80 persen dalam kurun waktu 50 tahun. Ini terjadi seiring meningkatnya pengetahuan dan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan untuk anak.
Statistisi Madya Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Yezua Abel menyampaikan ini secara daring Senin, 30 Januari 2023. Dia mewakili Kepala BPS NTT Matamira B Kale.
Baca juga: Jumlah Anak Usia Dini Hidup Miskin di NTT, Tertinggi Kedua di Indonesia
Awalnya Yezua menjelaskan soal Total Fertility Rate (TFR) atau rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh seorang wanita pada akhir masa reproduksinya.
Ia menyebut fertilitas NTT memang terus menurun lima puluh tahun terakhir. Penurunan ini dibandingkan dari Sensus Penduduk 1971 (SP1971) sampai dengan SP 2020.
Pada SP1971, seorang perempuan di NTT bisa melahirkan 5 sampai 6 anak selama masa reproduksinya. Namun di tahun belakangan angka TFR ini turun menjadi 2,79.
“Yang berarti sekitar 2 sampai 3 anak dilahirkan seorang ibu selama masa reproduksinya,” sebutnya.
Menurutnya jumlah anak ini mendekati target dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTT soal pengendalian populasi.
“Angka ini mendekati RPJMD NTT 2023 yaitu 2,60. Penurunan TFR ini sebagai keberhasilan pemerintah dalam pengendalian penduduk untuk mempersiapkan SDM unggul,” sebutnya.
Namun menurut standar ideal secara nasional, NTT masih perlu mencapai kriteria replacement level dengan TFR sebesar 2,1 atau hanya 2 anak saja dalam satu keluarga.
Fertilitas remaja atau angka reproduksi remaja perempuan yaitu di umur 15 sampai 19 tahun juga turut berkurang. BPS mencatat ini sebagai bentuk pendewasaan usia perkawinan di NTT.
Baca juga: Mitos dan Tafsir Kitab Suci Picu Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan di NTT
Datanya, jelas Yezua, yaitu di antara 1.000 perempuan usia 15 sampai 19 tahun di NTT, ada sekitar 27 sampai 28 yang melahirkan.
“Telah terjadi penurunan kelahiran remaja yang cukup tajam dalam 50 tahun terakhir. Pada SP1971 itu di antara 1.000 perempuan usia 15 sampai 19 tahun di NTT bisa 72 orang yang melahirkan. Kini menjadi 27 hingga 28 perempuan yang melahirkan,” jelas dia.
Ia menilai hal ini seiring dengan tingkat partisipasi wanita dalam pendidikan yang juga dapat berpengaruh signifikan nantinya pada kualitas keluarga dan anak-anak.
“Bisa terjadi kualitas manusia pada generasi selanjutnya. Tingkat kelahiran yang terkendali ini juga baik bagi NTT,” kata Yezua.
Sementara kelompok wanita usia 25 sampai 29 tahun adalah puncak atau kelompok usia melahirkan tertinggi dengan jumlah 148 kelahiran dari 1.000 perempuan.
Sedangkan pada kelompok umur di atas 30 tahun, angka kelahiran menurun tajam menjadi 88 sampai 89 kelahiran per 1.000 perempuan.
“Kini perempuan usia 35 sampai 39 tahun hanya 33 sampai 34 kelahiran per 1.000 perempuan,” lanjutnya.
Dalam paparannya juga disebutkan soal penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) di NTT yang turun 80 persen dari 1971 sampai 2022.
“AKB ini menurun signifikan dari 154 per 1.000 kelahiran hidup pada SP1971 menjadi 25,67 per 1.000 kelahiran hidup pada LF SP2020,” rincinya.
Baca juga: Ironi Kekerasan Seksual Anak Marak di NTT, Orang Terdekat Jadi Pelaku, Berdamai Jadi Solusi
Turunnya angka kematian ini juga diikuti dengan peningkatan persentase bayi yang mendapat imunisasi lengkap serta peningkatan rata-rata lama pemberian ASI.
“Sehingga membuat bayi semakin mampu bertahan hidup,” sambungnya lagi.
Namun begitu bila dibandingkan per daerah maka Sabu Raijua pada tahun 2022 lalu tercatat menjadi kabupaten dengan AKB tertinggi di NTT. AKB kabupaten Sabu Raijua 44,37 per 1.000 kelahiran hidup.
“Sedangkan AKB paling rendah ada di di Kota Kupang yaitu sebesar 15,21 per 1.000 kelahiran hidup,” ucapnya.
Long Form SP2020 dilaksanakan pada 2022 yang juga untuk mengawal program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan Indonesia Emas 2045. Sensus di NTT ini menyasar 7.061 blok sensus dengan 112.976 rumah tangga sasaran. Sensus ini dimulai dari persiapan di tahun 2021 kemudian dilakukan pendataan lapangan pada Mei hingga Juni 2022. (Putra Bali Mula)