• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Minggu, Oktober 19, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Pemilu 2024

Kampus Kritik Jokowi Habis-habisan, Bahaya Besar Kini Mengintai

Tim Redaksi by Tim Redaksi
2 tahun ago
in Pemilu 2024, Pilihan Editor
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Kampus Kritik Jokowi Habis-habisan, Bahaya Besar Kini Mengintai
0
SHARES
272
VIEWS

Kupang – Sejumlah civitas akademika dari berbagai universitas di Indonesia mengkritik Presiden Jokowi akibat manuver politiknya dalam pilpres 2024.

Hujan kritik dari berbagai guru besar dan akademisi ini spesifik soal orkestrasi kuasa Jokowi dalam pencalonan anaknya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai cawapres dari Prabowo Subianto.

BacaJuga

Marselianus, ayah dari siswa SMPN 8 Kota Kupang yang dirawat di UGD SK Lerik.

Keracunan Massal di SMPN 8 Kota Kupang: Sayur Basi, Rendang Berjamur

28 Juli 2025
Bundaran Tirosa, ikon Kota Kupang, menjadi tempat berkumpul orang-orang muda di NTT. (Novi/KatongNTT)

Kesaksian Generasi Cemas di NTT: Upah Murah, Jam Kerja Panjang, Sarjana Susah Cari Kerja

14 Juli 2025

Baca juga : Ragu Pemilu 2024 Demokratis, Kurawal Serukan Pengawasan Internasional

Akademisi Fakultas Filsafat UNWIRA Kupang, Doktor Watu Yohanes Vianney, melihat kondisi moral dan etika pemerintah saat ini memang memprihatinkan dan mengkhawatirkan. Pandangan ini juga nampak dari Asosiasi Filsafat dan Teologi Indonesia (AFTI) atas penilaian etika dan moral pejabat negara saat ini.

Menurutnya ada potensi bahaya mengintai dalam pemilu ini yaitu masalah kesatuan bangsa. Sila ketiga Pancasila ini pun terancam kala tak adil dan tidak beradabnya kontestasi pemilu dilangsungkan.

“Persatuan dan kesatuan bangsa akan bisa berbahaya bila perikemanusiaan yang adil dan beradab dalam memilih itu diabaikan. Itu sebabnya kita harus tegakkan nilai moral dan etika,” tandasnya saat dihubungi, Senin 5 Februari 2024.

Baca juga : Mahfud MD : Demokrasi Kita Dibajak, Demokrasi Jual Beli

Moral yang dimaksudnya adalah praktek politik yang harusnya berdasarkan konstitusi dan praktek sosial yang dasarnya ialah adab.

Sebelumnya, kata dia, etika dan moral sudah termuat dalam Pancasila dan konstitusi yang harusnya ditegakkan sesuai standar itu bukannya malah dilanggar.

Akademisi Fakultas Filsafat UNWIRA Kupang, Doktor Watu Yohanes Vianney. (Istimewa).

Pemerintah pun wajib melakukan praktek yang baik sesuai konstitusi sebagai rel utama dan menaati aturan turunannya termasuk tidak melanggar UU Pemilu.

Baca juga : Uskup Agung Kupang Jabarkan Kriteria Pemimpin Pilihan di Pemilu 2024

“Posisi kita adalah bukan mengkritik rezim tapi kita mengingatkan seluruh elemen bangsa termasuk pihak eksekutif, legislatif, semuanya, karena sila ketiga ini harus sungguh-sungguh kita hidupi,” tukasnya lagi.

Gibran sendiri baru menjabat Wali Kota Solo selama 2 tahun dan tiba-tiba maju menjadi cawapres beberapa bulan setelah menyatakan dirinya belum matang untuk level ini.

Anak sulung Jokowi berusia 36 tahun ini lolos sebagai cawapres setelah syarat batas umur cawapres diubah Mahkamah Konstitusi (MK). Hakimnya Anwar Usman, ipar dari Jokowi.

Baca juga : Sudah Cukup, Jabatan DPR dan DPRD Hanya Perlu 2 Periode

Media tanah air pun spontan menyoroti kritik berbagai kampus terhadap Jokowi. Menurut iNews, sudah 29 kampus yang secara terbuka buka suara hingga 4 Februari kemarin.

Civitas akademika Universitas Gajah Mada (UGM) yang terdahulu mengeluarkan Petisi Bulaksumur di 31 Januari 2024 dan dibacakan oleh Prof Koentjoro di Balairung UGM.

Petisi ini menyoroti pelanggaran etik di MK, lalu keterlibatan sejumlah aparat penegak hukum dalam proses demokrasi perwakilan yang sedang berjalan, lalu pernyataan kontradiktif Jokowi tentang keterlibatan pejabat publik dalam kampanye.

“Kami menyesalkan tindakan-tindakan menyimpang yang justru terjadi dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo yang juga merupakan bagian dari keluarga besar Universitas Gadjah Mada (UGM),” ucap Koentjoro dalam acara Mimbar Akademik: Menjaga Demokrasi oleh akademisi UGM itu.

Baca juga : Xanana Temui Jokowi Bahas Penyelesaian Batas Negara

Civitas akademika Universitas Islam Indonesia (UII) pada 1 Februari 2024 ikut mengeluarkan petisi Indonesia Darurat Kenegarawan. Mereka menuntut Presiden Jokowi kembali beretika dan berhenti menyalahgunakan kekuasaan.

Koalisi Dosen Universitas Mulawarman (Unmul) pada 2 Februari 2024 turut menuntut Presiden Joko Widodo menghentikan langkah politik yang ditujukan untuk kepentingan pribadinya, termasuk agar ASN netral, dan tidak menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan kelompok tertentu.

Puluhan Guru Besar dan alumni Universitas Indonesia (UI) mengkritik pemerintahan Jokowi. (Istimewa).

Civitas akademika Universitas Indonesia (UI) juga mengkritik Jokowi di tanggal yang sama dengan menyebut pemerintah saat ini hilang kemudi dan bermain curang sampai nihil etika.

Baca juga : Deret Anak-anak Politisi Besar Rebutan Suara di NTT

“Demokrasi harus dipulihkan kembali,” baca Ketua Dewan Guru Besar UI Harkristuti Harkrisnowo saat itu.

Begitu pula dengan civitas akademika Universitas Padjajaran (Unpad) yang mengeluarkan Petisi Seruan Padjadjaran pada 3 Februari 2024.

Mereka menyebut banyaknya pelanggaran etika dan cedera nilai demokrasi saat menyambut pesta politik tahun ini.

“Praktik kuasa untuk melegitimasi kepentingan segelintir elit akan berdampak pada kegagalan pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa, yang menjadi tujuan bernegara, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, alinea kedua,” baca Ketua Senant Unpad Prof Ganjar Kurnia.

Baca juga : Politik Uang Merendahkan Martabat, Menyesatkan Demokrasi

Terbaru, 5 Februari 2024 civitas Akademika Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mencap praktik politik ala Jokowi sarat nepotisme dan tidak netral.

“Salah satu yang kita kritisi sebenarnya adalah nepotisme,” tukas Rektor UMS, Sofyan Anif saat itu.

Gelombang kritik juga disampaikan ratusan civitas academica Universitas Airlangga (Unair) Surabaya pada Senin ini juga, 5 Februari 2024.

Dewan Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sampaikan imbauan moral dan kritik pada Presiden Jokowi. (Istimewa).

Guru Besar Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prof Hotman Siahaan, yang membacakan manifesto itu. Ia mengatakan adanya prinsip-prinsip republik yang telah melenceng demi kepentingan personal kekuasaan seorang Jokowi.

Baca juga : NTT Beri Rp 2,6 Miliar ke 11 Parpol, PDIP Terbanyak

“Mulai dari upaya untuk memanfaatkan MK untuk mengubah aturan syarat mendaftar capres maupun cawapres sebagai celah hukum yang memberi jalan kepada Gibran Rakabuming Raka maju sebagai cawapres,” ucapnya.

Kemudian ada indikasi penggunaan fasilitas negara maupun aparat negara demi kepentingan politik partisan elektoral, sampai ketidaktegasan kepemimpinan pemerintah untuk menunjukkan netralitas dalam ucapan dan tindakan dalam Pilpres 2024.

“Yang memiliki kecenderungan membela paslon tertentu yang memiliki hubungan kekeluargaan,” tambahnya. ***

Tim Redaksi

Tim Redaksi

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Baca Juga

Marselianus, ayah dari siswa SMPN 8 Kota Kupang yang dirawat di UGD SK Lerik.

Keracunan Massal di SMPN 8 Kota Kupang: Sayur Basi, Rendang Berjamur

by Rita Hasugian
28 Juli 2025
0

Kupang – Gionino, siswa kelas 7 SMP Negeri 8 Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur mengungkapkan, sajian makan bergizi gratis...

Bundaran Tirosa, ikon Kota Kupang, menjadi tempat berkumpul orang-orang muda di NTT. (Novi/KatongNTT)

Kesaksian Generasi Cemas di NTT: Upah Murah, Jam Kerja Panjang, Sarjana Susah Cari Kerja

by KatongNTT
14 Juli 2025
0

Setelah lulus SMA di Niki-Niki, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Rita—bukan nama sebenarnya—memutuskan merantau ke Kota Kupang. Tidak ada lapangan kerja...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati