Kupang – Sensus Pertanian 2023 (ST2023) akan mencatat lebih rinci dibandingkan ST2013. Semua jenis usaha pertanian baik itu perusahaan, perorangan hingga non profit akan didata.
I Gede Made Suartana selaku Ketua Tim Pelaksana ST2023 Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT menyampaikan ini dalam sosialisasi Sensus Pertanian 2023 di BPS NTT, Selasa 16 Mei 2023.
Proses ST2023 juga akan dilakukan door to door dimulai pada 1 Juni 2023 sampai 31 Juli 2023 dan semua pelaku usaha akan didata di seluruh Indonesia termasuk NTT.
Baca juga :Sektor Pertanian Bertumbuh, Petani NTT Masih Miskin
“Semua pelaku pertanian kita cacah baik itu usaha perorangan atau perusahaan pertanian akan didata. Usaha pertanian yang non-profit pun akan didata seperti usaha pertanian di asrama, panti asuhan atau keuskupan,” jelas Made.
Pendataan akan dilakukan melalui kuisioner, wawancara maupun secara digital atau smartphone nantinya. Adapun juga pendataan dilakukan melalui link khusus.
“Untuk usaha di rumah-rumah akan dilakukan secara door to door. BPS pusat sudah menentukan untuk daerah kita wilayah terkecilnya itu tingkat RT yang mempunyai potensi pertanian,” lanjut Made.
Baca juga : Kementan Lirik 34.500 Hektare Lahan di NTT Untuk Sorgum
Petugas BPS akan mendatangi langsung di wilayah dari tingkat RT dengan konsentrasi usaha pertanian. Petugas akan mendatangi ketua wilayah tersebut guna mendapatkan data keluarga yang mempunyai usaha pertanian.
Sedangkan perusahaan pertanian akan mendapatkan link untuk mengisi data dan petugas BPS bisa mendampingi dalam pendataannya juga.
“Untuk itu petugas yang itu turunkan itu 6063 orang dari tanggal 1 Juni itu,” ujarnya.
Baca juga : Pemprov NTT Klaim Pemanfaatan Food Estate Belu Hampir 100 Persen
Data yang akan dihasilkan dari ST2023 adalah data struktur pertanian pada cakupan subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan jasa pertanian.
Pencacahan lengkap ST2023 yang akan dilakukan ini meliputi geospasial, struktur demografi, lahan, hingga dengan berbagai penerapan. Penerapan ini antara lain seperti agrofestri, perhutanan sosial, teknologi modern, penggunaan pupuk dan pestisida, maupun penggunaan bibit rekayasa genetika.
Baca juga : Pendapatan Petani di NTT Terbesar dari Peternakan dan Perikanan
Akses terhadap asuransi dan kredit pun didata maupun keanggotaan kelompok tani dan petani plasma.
Ia juga mencontohkan petani skala kecil yang didata. Petani ini adalah petani dengan penguasan aset atau penguasaan lahan dan ternak maupun pendapatannya hanya 40 persen ke bawah.
“Namun bisa saja petani dengan luas lahan di bawah setengah hektare bisa mencapai produksi yang sama atau lebih banyak karena menggunakan teknologi,” tambah dia.
Selain untuk menjawab isu-isu strategis maka data ini dapat menghasilkan peta komoditas unggulan dari suatu wilayah di NTT.
Baca juga : Soal TJPS, Petani di Daratan Timor Disebut Belum Mandiri
“Potensi komoditas pertanian pun bisa dilihat dari geospasial statistik ini. Wilayah-wilayah di NTT dengan komoditas unggulannya apa saja. Ini merupakan kebaruan dari ST2013,” kata dia.
Menurutnya, jumlah dari sasaran sensus kali ini bisa mendapatkan lebih banyak pelaku usaha pertanian dari yang sebelumnya 700 ribu di tahun 2013.
“Seiiring dengan pertambahan penduduk dan kebutuhan pangan yang disasar pun bisa lebih dari 818 ribu sasaran,” sebutnya.
Menurut Ketua Kelompok Kontak Tani Nelayan Andala (KTNA) NTT, Okto Gazpar, data BPS ini dapat membantu petani dan peternak dalam berbagai aspek.
“Kita percayakan satu data dari BPS untuk mendapatkan jumlah kelompok tani, petani perorangan dan lain sebagainya,” ujarnya. *****