• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Minggu, Oktober 19, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Inspirator

Uskup Penentang Eksekusi Mati Tibo Cs Telah Berpulang

Tim Redaksi by Tim Redaksi
2 tahun ago
in Inspirator, Pilihan Editor
Reading Time: 3 mins read
A A
0
0
SHARES
443
VIEWS

Kupang – Monsinyur Anton Pain Ratu, Uskup Emeritus Keuskupan Atambua, wafat setelah merayakan usianya ke 95 tahun pada 2 Januari 2024.

Kabar berpulangnya imam yang pernah menolak keras eksekusi mati Tibo cs ini berseliweran di media sosial dan menjadi topik pemberitaan di Nusa Tenggara Timur.

BacaJuga

Marselianus, ayah dari siswa SMPN 8 Kota Kupang yang dirawat di UGD SK Lerik.

Keracunan Massal di SMPN 8 Kota Kupang: Sayur Basi, Rendang Berjamur

28 Juli 2025
Bundaran Tirosa, ikon Kota Kupang, menjadi tempat berkumpul orang-orang muda di NTT. (Novi/KatongNTT)

Kesaksian Generasi Cemas di NTT: Upah Murah, Jam Kerja Panjang, Sarjana Susah Cari Kerja

14 Juli 2025

Monsinyor Anton Pain Ratu SVD dikabarkan menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang di RSUD Atambua, 6 Januari 2023 jam 10.15 WITA.

Baca juga : Indonesia Berupaya Lepaskan WNI dari Hukuman Mati di Malaysia

Anton Pain Ratu terlahir dari sepasang petani dan penjual tembakau asal Adonara, Kabupaten Flores Timur, pada 2 Januari 1929. Dia tumbuh dan mengecap pendidikan di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero dari tahun 1950 hingga 1958 dan menjadi imam Serikat Sabda.

Anton Pain Ratu kemudian ditahbiskan menjadi Uskup Atambua pada 21 September 1982. Pada tanggal yang sama 24 tahun setelah menjadi Uskup Atambua, ia maju paling depan bersama umat Katolik dan pemimpin agama lainnya untuk menolak eksekusi mati Tibo Cs.

Sekitar 10 ribu orang dari berbagai agama berkumpul di lapangan umum Atambua dan bergerak ke Gedung Kejaksaan Negeri Atambua. Situasi yang menggemparkan Atambua pada 21 September 2006.

Baca juga : Sejarah Gereja Katedral di Kupang yang Diresmikan Jokowi

Uskup Atambua ini memimpin doa bersama ribuan umat agar bisa mengubah keputusan negara untuk tidsk mengeksekusi Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu. Mereka adalah warga NTT yang merantau ke Sulawesi Tengah dan menjadi tertuduh kerusuhan di Poso.

Ketiganya divonis mati oleh Pengadilan Negeri Palu dan juga Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara pada 2001. Mereka dinyatakan sebagai dalang kerusuhan. Mereka dicap pembunuh, penganiaya, dan dalang perusakan tiga desa di Poso yakni Desa Sintuwu Lemba, Kayamaya, dan Maengko Baru.

Sedangkan keterangan para saksi menyatakan Tibo cs justru yang menyelamatkan puluhan anak-anak sekolah St Theresia Poso, suster, pastor, dan sejumlah guru dari kepungan massa. Tibo yang membeberkan 16 nama dari kalangan purnawirawan TNI dan PNS sebagai perusuh sebenarnya tak digubris pengadilan.

Kapolda Sulawesi Tengah Oegreseno dicopot dari jabatannya lantaran dinilai tidak tegas mendukung hukuman mati terhadap Tibo cs.

Baca juga : Siap Hukum Prajurit, Puspom TNI Kirim Tim Investigasi ke Kupang

Tibo Cs juga tiga kali mengajukan grasi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan 2 kali peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung. Semuanya ditolak.

Seluruh pelosok negeri menyoroti kasus yang  melewati 17 persidangan dan 6 kali penundaan eksekusi mati ini dari semestinya Maret 2004. Rencana eksekusi pada 12 Agustus 2006 pun ditunda lagi dengan alasan mendekati perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus.

Keputusan penundaan terakhir ini sebenarnya datang beberapa jam setelah Paus Benediktus XVI mengeluarkan imbauan khusus kepada Presiden SBY.

Mahkamah Agung yang dipimpin Bagir Manan akhirnya memutuskan eksekusi mati Tibo cs  pada 22 September 2006. Seluruh masyarakat pun bergejolak terutama di daerah dengan mayoritas umat Nasrani termasuk Atambua yang dipimpin Monsinyur Anton Pain Ratu.

Baca juga : Arab Saudi Eksekusi Mati 2 Warga Indonesia

Menurut beberapa pemberitaan, ia memimpin gerakan massa sejak pagi sehari sebelum eksekusi itu dilakukan. Warga Atambua mendengarnya dan berbondong-bondong datang. Ia memang dikenal warga Atambua sebagai Uskup Politik, Uskup Pencinta Lingkungan Hidup dan Uskup yang kesibukannya lebih banyak bersama umat.

Para pimpinan agama di Kabupaten Belu dan Timor Tengah Utara atau daerah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste pun memanjatkan doa yang sama agar keputusan eksekusi mati itu ditinjau lagi. Umat Nasrani di NTT yakin ketiganya merupakan korban dari ketidakadilan.

Baca juga : Quo Vadis Organisasi Mahasiswa di NTT?

Namun eksekusi tetap terjadi dini hari 22 September 2006. Permintaan terakhir para terpidana mati ini tak satu pun dipenuhi. Nyawa mereka melayang di ujung senapan regu tembak.

Kerusuhan lantas terjadi di berbagai wilayah di Indonesia termasuk di Kupang, Atambua, Maumere dan Ende. NTT ditetapkan menjadi daerah dengan situasi Siaga 1.

Masyarakat di Atambua saat itu melampiaskan amukan dan ketidakpuasan dengan membakar rumah dinas Kepala Kejaksaan Negeri Belu dan beberapa gedung lainnya. Kantor Kejaksaan pun porak poranda. Penjara Atambua jadi sasaran amukan massa hingga 190 narapidananya kabur.

Baca juga : Mantan Napi Korupsi Nyaleg DPRD Kota Kupang

Monsinyur Anton Pain Ratu lagi-lagi tampil. Kali ini ia menenangkan badai amarah itu. Uskup meredam massa agar tidak melanjutkan tindakan anarkis yang merugikan masyarakat sendiri.

Universitas Sains dan Teknologi Komputer pun mempublikasikan peran Uskup Anton Pain Ratu dengan motto tahbisan Sungguh Aku Datang kala itu. Saat itu ia menyerukan penghentian kekerasan dan pengrusakan yang dilakukan masyarakat Atambua akan eksekusi mati yang sudah menimpa Fabianus Tibo, Marinus Riwu, dan Dominggus da Silva.

Ia juga memberikan contoh tentang keberpihakan Gereja Katolik kepada kaum kecil dan tertindas dengan perjuangan tanpa kekerasan, termasuk pengungsian besar-besaran dari Timor Timur yang memasuki Timor Barat.

Baca juga : Batas Darat RI-Timor Leste Segera Tuntas, Jokowi-Xanana Bahas Kawasan Ekonomi

Setahun setelahnya pengunduran dirinya sebagai uskup dikabulkan oleh Sri Paus. Pada 21 September 2007 Anton Pain Ratu menyerahkan jabatan Uskup Atambua kepada penggantinya Monsinyur.Dr. Dominikus Saku.

Pagi ini beliau dinyatakan telah beristirahat dengan tenang. Jenazah Monsinyur Anton Pain Ratu akan diarak dari RSUD Mgr. Gabriel Manek Atambua untuk disemayamkan di Aula St. Dominikus Emaus. Malamnya pukul 19.00 WITA akan dilakukan Misa Requiem.

Pada Minggu 7 Januari  akan dilaksanakan Misa Requiem pada jam yang sama.

Seninnya jenazah akan diarak ke Katedral Atambua pukul 16.00 WITA dan dilakukan misa arwah. Selasa, 9 Januari 2024, jenazah Uskup Emeritus Anton Pain Ratu akan dimakamkan pada jam  10.00 WITA. Misa pemakaman digelar di Katedral Atambua dipimpin oleh Ketua KWI atau Uskup Atambua. ***

Tags: #atambua#EksekusimatiTiboCs#KerusuhanPoso#MantanUskupAtambuaMeninggal#MgrAntonPainRatu#TiboCs#UskupEmeritusAtambua
Tim Redaksi

Tim Redaksi

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Baca Juga

Marselianus, ayah dari siswa SMPN 8 Kota Kupang yang dirawat di UGD SK Lerik.

Keracunan Massal di SMPN 8 Kota Kupang: Sayur Basi, Rendang Berjamur

by Rita Hasugian
28 Juli 2025
0

Kupang – Gionino, siswa kelas 7 SMP Negeri 8 Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur mengungkapkan, sajian makan bergizi gratis...

Bundaran Tirosa, ikon Kota Kupang, menjadi tempat berkumpul orang-orang muda di NTT. (Novi/KatongNTT)

Kesaksian Generasi Cemas di NTT: Upah Murah, Jam Kerja Panjang, Sarjana Susah Cari Kerja

by KatongNTT
14 Juli 2025
0

Setelah lulus SMA di Niki-Niki, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Rita—bukan nama sebenarnya—memutuskan merantau ke Kota Kupang. Tidak ada lapangan kerja...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati