Kupang – Bermodalkan Rp50 ribu, Nyi Raden Citra Masniary Bratawidjaja, perempuan dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) membuat susu bubuk dengan kandungan Kelor.
Sebelumnya, Citra adalah karyawan di beberapa bank berplat merah. Namun pada 2018, ia mulai masuk ranah UMKM.
Awalnya ia membuat susu rempah. Susu sapi segar ini dimasak bersama beberapa rempah seperti Kapulaga, Serai, kayu manis, dan rempah-rempah lainnya.
“Tapi karena bentuknya cair, susu rempahnya hanya bisa tahan beberapa hari dan harus dihabiskan segera setelah dibuka,” kata Citra.
Barulah pada Oktober 2021, Citra berinovasi membuat susu Moringa, atau yang lebih dikenal dengan kelor maupun marungga.
Baca juga: Bisnis Teh dan Tepung Kelor, Nikson Tenistuan Minim Pasar, Siapa Peduli?
Mengetahui Gubernur NTT, Viktor Laiskodat dan istrinya Julie Laiskodat peduli dengan kelor, Citra jadi paham tanaman yang tumbuh subur di NTT ini punya khasiat yang besar.
Citra lalu menginovasikan produk baru yaitu susu kelor. Produknya ia namai Mimo, singkatan dari Milk Moringa (Susu Kelor).
“Puji Tuhan kami dibantu dinas Pariwisata untuk didaftarkan produknya ke Kemenkumham. Dan setelah dicari, kami pertama di Indonesia berbahan susu sapi dengan kombinasi daun kelor,” ujar Citra.
Dengan kelor sebagai Super Food, ketika digabungkan dengan susu sapi, menjadikan minuman ini semakin kompleks dan kaya akan gizi. Dengan komposisi, 62% susu, 36% gula, 1% Vanila, dan 1% Kelor. Vanila yang dipakai diambil dari Kabupaten Alor.
“Mimo juga sudah melewati uji laboratorium, dan Mimo terbukti mengandung Kalsium, Protein, Magnesium, Fosfor, dan banyak vitamin,” jelas Citra.
Baca juga: Pelaku UMKM NTT Belum Optimalkan Pemasaran Digital
Awalnya susu kelor ini dibuat dalam bentuk cair. Kemudian dibuatnya menjadi bentuk bubuk.
“Saya berpikir. Kalau untuk bisa menjangkau dan memberkati lebih banyak orang lagi. Berarti saya harus menjaga agar ini (susu) bisa bertahan lebih lama lagi dengan mengubahnya menjadi bentuk bubuk,” ujar perempuan satu anak itu.
Proses awalnya, susu sapi dimasak (proses pasterisasi). Bagian lemak susu yang mengapung dibuang. Masak hingga mengental. Lalu oles ke pan kering. Lalu di oven dan angkat. Selanjutnya diblender dan jadilah susu bubuk.
Susu sapi ia datangkan dari Fulan Fehan, Atambua, NTT. Namun pasokan susu sapi segar dari Atambua acap kali kurang memenuhi kebutuhan UMKMnya.
Baca juga: Tiga Tips Pasarkan Produk UMKM NTT Lewat Media Digital
Citra berkonsultasi dengan BPOM ketika sedang mengurus izin. Dari BPOM sendiri punya program ‘Orang Tua Angkat’ yang fokus pada pengembangan UMKM. BPOM pun bekerja sama dengan PT. Frisian Flag. Perusahaan Susu di Indonesia yang telah ada sejak 100 tahun lalu itu.
UMKM Warisan Enak NTT menjadi ‘anak angkat’ dari BPOM dan Frisian Flag.
Sejak saat itu, pasokan susu Mimo diambil dari salah satu perusahaan produksi susu terbesar di Indonesia tersebut.
“Puji Tuhan, kami menjadi yang pertama dan satu-satunya UMKM dari NTT yang diadopsi Frisian Flag,” ujar perempuan lulusan Bisnis Universitas Kristen Petra Surabaya ini.
“Yang pertama beli susu murni satu liter. (Bubuk) kelor kita buat sendiri. Dengan gula tidak sampai satu kilo. Lalu kita campurkan, dan jadi,” kata Citra.
Kini, penjualannya telah melalang buana ke Labuan Bajo, Jakarta, Dekranasda NTT, dan lainnya.
Baca juga : Kisah Sukses Agustina dan Jusuf Meracik Sabun A61, Dipicu Kritik Pedas
Pekerjaan rumah Citra saat ini memperkenalkan produknya ini di masyarakat NTT. Ia mengakui, masyarakat masih fanatik produk luar. Sehingga cukup susah produk dari NTT langsung diminati masyarakat.
Padahal, dengan kandungan kelor dalam susu bubuknya, dapat mengatasi stunting yang meningkat di NTT.
“Jika kita mendengar stunting NTT tinggi, ayo kita ubah gaya hidup kita. Sehingga badan kita sehat dan bisa menciptakan generasi yang gemilang.” pungkas Citra.*****
Baca juga: Jatuh Bangun Yustin Sadji, Eks Pengungsi Timtim Merawat UMKM Mindari
Silakan hubungi nomor +6281337608119 jika berminat untuk membeli produk UMKM ini. Ayo kita dukung kemajuan UMKM NTT!