Kupang – Hampir sebulan anak-anak yang mengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki belajar di tenda atau sekolah darurat di berbagai titik pengungsian.
Mereka mengungsi sejak gunung api di Flores Timur itu mulai erupsi pada 1 Januari 2024. Kini jumlah pengungsi mencapai 6.303 jiwa yang juga tersebar hingga ke Kabupaten Sikka.
Baca juga : Sekda Flotim Heran Ada Pengungsi Lewotobi Nekat Pulang
Pengungsi usia pelajar sendiri mencapai 1.076 jiwa asal Kecamatan Wulanggitang, Titehena, Demon Pagong, Ile Bura, Solor Barat, Ile Mandiri dan Larantuka, juga Kecamatan Talibura di Kabupaten Sikka.
Para siswa ini mulai dari tingkat kelompok belajar hingga SMA. Mereka paling banyak berasal dari Kecamatan Wulanggitang yaitu 145 anak di tingkat kelompok belajar, 382 anak di tingkat SD, 184 anak SMP, dan 165 anak SMA.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Linus Lusi, sekolah darurat terpaksa diterapkan dengan kurikulum darurat pula.
Baca juga : Awal Mula Bocah SD di Kupang Bawa Pistol Rakitan ke Sekolah
“Sekolah darurat dengan layanan tetap dan pendekatan berkolaborasi dengan pemkab setempat dengan pendekatan kurikulum darurat yang sekolah-sekolah sudah tahu,” tukasnya.
Pihaknya juga bekerja sama dengan pemerintah di sana untuk menyalurkan juga berbagai hal yang dibutuhkan di tenda-tenda darurat untuk menunjang pendidikan.
Linus tidak menjelaskan berapa banyak titik sekolah darurat yang difungsikan ini. Ia hanya menyebut sekolah darurat ini berada di titik-titik penampungan atau tenda dan rumah warga yang mana menjadi tempat pengungsian.
Baca juga: Pengungsi Lewotobi Derita 15 Penyakit, Tertinggi ISPA
“Sekolah darurat ini banyaknya sesuai dengan kebutuhan. Sekolah darurat berdasarkan penampungan yang ada,” jawab dia, Rabu 24 Januari 2024.
Ia juga saat itu membenarkan adanya anak-anak yang mengungsi hingga ke Sikka dan tetap diupayakan untuk tetap mendapatkan pendidikan juga di sana.
Berdasarkan laporan Pos Data dan Informasi Erupsi Lewotobi Laki-laki per 24 Januari 2024, kebanyakan pengungsi berada di rumah warga ketimbang di tenda.
Baca juga : Gizi dan Pendidikan Anak Pengungsi Lewotobi Jadi Sorotan
Jumlah pengungsi di rumah warga ini mencapai 3.677 jiwa yang tersebar di 32 titik di Kabupaten Flores Timur dan 3 titik di Kabupaten Sikka.
Linus pun mengimbau pengungsi untuk tidak keluar dari zona yang ditetapkan agar anak-anak pun dapat melanjutkan sekolah mereka di sana.
“Kita mengimbau, sesuai arahan Pak Penjabat Gubernur dan Penjabat Bupati itu harus keluar sesuai dengan zona-zona yang sudah ditentukan,” lanjut dia.
Baca juga: NTT Bakal Gelar Sensus Anjing Atasi Rabies
Dinas Sosial Provinsi NTT pun mengatakan persoalan bencana alam ini diperkirakan akan memakan waktu lebih panjang. Untuk itu pihaknya mengantisipasinya dengan stok logistik yang akan disesuaikan dengan kebutuhan hingga beberapa bulan ke depannya.
Sebelumnya di tanggal 2 Januari sudah didistribusikan 3,6 ton kilogram beras berdasarkan laporan adanya 2 ribu warga yang mengungsi. Jumlah itu diperkirakan untuk 3 hari. Kemudian disalurkan logistik lainnya lagi pada 5 Januari 2024.
Baca juga : Lansia dan Balita Banyak Tempati Pengungsian Gunung Lewotobi Laki-laki
Ia menyebut Penjabat Bupati Flores Timur dapat mengusulkan kepada Badan Pangan Nasional (BAPANAS) untuk kebutuhan darurat yaitu 100 ton beras lagi. Namun saat ini stok beras di sana dilaporkan masih aman.
“Kita dengar sekarang kondisi stoknya masih cukup di sana. Saya sebenarnya mau tambahkan lagi tapi kondisi terakhir masih cukup,” tukasnya. ***