Kupang – Davis memilih tak menggunakan namanya sendiri ke dalam publikasi spesies serangga ranting yang ia temukan. Pelajar 17 tahun itu dengan bangga menyematkan nama Raja Sobe Sonbai III, sosok yang berpengaruh di Pulau Timor pada masa lampau, agar abadi di dunia ilmiah.
Serangga ranting Raja Sonbai atau Nesiophasma sobesonbaii kini menjadi genus serangga tongkat dari Pulau Timor yang eksklusif tercatat dalam jurnal publikasi internasional Faunitaxys.
Reputasi mendunia murid kelas 12, SMAN 5 Kupang, bernama lengkap Davis Marthin Damaledo itu tidak terwujud begitu saja dari mimpi yang tiba-tiba.
Baca juga : Pelajar dan Anak DPRD Tewaskan Transpuan, Rapuhnya Kontrol dari Keluarga
Keingintahuannya akan dunia serangga sudah tumbuh sejak ia kecil hingga ia bertemu Indonesian Mantis and Phasmid Forum (IMPF) pada 2020 lalu.
Semangat Davis makin tak terbendung. Ia juga membentuk komunitas online-nya sendiri, Insect Junior Indonesia, yang telah beranggotakan 275 pecinta serangga dari seluruh Indonesia.
Dia seorang diri saja sebagai putra asli Nusa Tenggara Timur (NTT) di dalam dua wadah itu dan menjadikannya satu-satunya peneliti serangga ranting termuda di NTT.
“Saya sendiri yang asal NTT,” tukas si bungsu dari 3 bersaudara ini di sela perburuan serangga di Nekamese akhir pekan lalu.
Baca juga : Gerakan ‘Akar Rumput’ di NTT Melawan Perubahan Iklim
Davis memang dibimbing langsung oleh Garda Bagus Damastra, sang punggawa IMPF yang juga pernah meraih reputasi internasional. Garda ini seorang entomologis yang sudah lebih dahulu mengabadikan nama pada serangga yang ia temukan, Phyllium gardabagusi.
Davis sungguh-sungguh menunjukkan keseriusan. Ia mengirimkan foto berbagai serangga yang ditemukannya kepada Garda untuk diidentifikasi. Ayah Davis yang kerap menemaninya mencari serangga-serangga unik di Kabupaten Kupang.
“Ini berawal sama Bapak yang biasanya bantu cari serangga ke hutan. Waktu itu cuman iseng-iseng cari terus makin lama makin penasaran terus tertarik untuk buat penelitian,” Davis berkisah.
Baca juga : Museum NTT Digitalisasi 7 Ribu Lebih Peninggalan Bersejarah
Serangga Raja Sonbai yang ditemukannya itu ternyata belum tercatat secara ilmiah. Ia kemudian memulai penelitian perdananya pada 2021. Spesimen dan telur serangga itu dikirimkannya ke peneliti di luar negeri. Kemudian disusun identifikasinya hingga dipublikasikan Maret 2023 lalu.

“Kami telusuri lebih dalam sepasang serangga yang ditemukan di pohon jambu biji. Ternyata spesies ini merupakan spesies baru. Jadi diusulkan pakai nama pahlawan lokal dari Pulau Timor yaitu Raja Sobe Sonbai III,” ceritanya.
Dalam jurnal itu nama Davis tertera bersama dengan Garda dan peneliti asal Jerman Frank Hennemann. Serangga yang diberi nama Raja Sobe Sonbai itu kini mendunia.
Baca juga : Gelar Pahlawan Nasional Raja Amarasi Tak Disetujui, Keluarga: Apa Yang Kurang?
Serangga ini, jelas Davis, mampu berkamuflase dengan ranting pepohonan dan termasuk hewan nokturnal yang sangat sulit ditemukan meskipun panjangnya bisa mencapai 20 centimeter.
Davis siang itu memamerkan serangga yang kembali berhasil ia temukan di lahan penuh belukar dan pepohonan. Serangga yang ramping ini juga memiliki garis merah tipis di sepanjang toraksnya yang membedakannya dari genus nesiophasma lainnya.

Di samping itu, anak ini sebenarnya seringkali mendapat pandangan aneh dari orang-orang. Hobinya terhadap serangga memang tak lazim bagi masyarakat NTT pada umumnya. Begitu namanya dikenal seketika berubah pandangan itu menjadi bangga.
Baca juga : Anak Autis, Air Mata dan Tuhan Tak Pernah Salah
“Sebelumnya mereka itu memandang saya cukup aneh karena hobi saya ini berkaitan dengan serangga tetapi setelah penemuan spesies baru tersebut mereka justru kaget seperti ‘wah ternyata masih bisa begitu ya anak sekolah, bisa terlibat dalam hal seperti ini,’ begitu,” cerita Davis lagi.
Dirinya pun tak menyangka bisa memberi sumbangan pengetahuan dari Pulau Timor untuk dunia dengan cara seperti ini.
Serangga Raja Sonbai ini pun menjadi serangga ranting kedua asli dari Pulau Timor yang telah dipublikasikan secara ilmiah. Menurut Davis masih banyak yang belum diketahui dunia dari Pulau Timor.

Baca juga : Mengenang Tradisi Lunat ‘Tato’ yang Punah dari Pulau Timor
“Ini benar-benar membuka mata saya tentang keanekaragaman serangga di sekitar kita dan ini benar-benar menyadarkan saya bahwa sebenarnya sangat banyak spesies serangga yang belum teridentifikasi di sekitar kita tetapi jika kita punya niat pasti bisa mendapatkannya,” ungkap Davis.
Namun begitu ada beberapa hal yang menjadi kecemasannya. Ia ingin masyarakat tidak hanya memperhatikan sesamanya saja, tetapi dapat menjaga alam dan keanekaragaman hayatinya termasuk serangga yang kerap disepelekan bahkan dibasmi begitu saja.
“Yang saya amati kebanyakan masyarakat di sini menganggap serangga itu adalah hama atau sesuatu yang menjijikan sehingga bagi mereka itu hal yang tidak tidak perlu didokumentasikan atau diteliti lebih dalam,” kata dia.
Baca juga : 13 Kura-kura Langka Dipulangkan ke Kupang dari Singapura
Davis mencontohkan masyarakat di Pulau Timor kerap membunuh Euricnema versirubra, salah satu spesies serangga ranting raksasa asli dari Timor. Mereka membunuh hewan ini hanya berdasarkan mitos semata bahwa serangga itu beracun dan mematikan.
“Padahal sebenarnya tidak mematikan dan justru tindakan yang keliru ini dapat mengancam keberadaan mereka di alam ke depannya,” ungkapnya lagi.
Menurut Davis untuk mematahkan persepsi masyarakat dan mitos seperti itu bukanlah hal yang gampang. Generasi muda juga harus diajak untuk menyadari hal ini dan menjaga kelestarian alam.
Keberadaan Nesiophasma sobesonbaii, Euricnema versirubra maupun serangga lainnya bisa terancam atau sulit untuk ditemukan ke depannya bila kebiasaan seperti itu tak diubah.

Baca juga : Nyaris Punah, Tarian Togo Apur Ditampilkan di Museum Kebangkitan Nasional
“Saya benar-benar ingin menyadarkan orang-orang bahwa kita harus lebih peka terhadap lingkungan sekitar bahkan terhadap yang serangga yang kecil sekalipun,” tukasnya.
Davis pun telah memulai langkah kecilnya agar anak-anak lain mempunyai kepedulian pada alam dengan cara masing-masing.
Baca juga : NTT Kaya Jenis Pangan, Namun Ada yang Nyaris Punah
“Jadi selama ini saya sering meng-upload di media sosial tentang serangga-serangga yang saya miliki. Ada beberapa orang yang tertular, mereka ikut tertarik dengan serangga karena beberapa postingan saya sehingga mereka ingin mencari tahu lebih dalam begitu,” ungkapnya.
“Kalau pesan saya mungkin semoga dengan apa yang telah dilakukan oleh saya bisa menularkan kepada mereka agar mereka lebih lebih peka atau tertarik dengan sesuatu yang dianggap remeh seperti serangga ini,” tutup Davis. ***